Loading...
Sponsored Links
Loading...
Asal saja kamu panggil aku papa, maka kamu aku panggil mama. Jujur saja aku sangat menyintaimu dan menyayangimu, seperti kamu juga sangat menyayangi papa. Biarlah sementara melalui whatsapp ini kita saling berkasih sayang tapi mesra'.
Siang itu Rabu 24 Oktober 2016, mungkin saat yang bahagia bagi Papa Prapta dan Mama Tina. Rasa cinta mereka tumbuh melalui jejaring sosial whatsApp mengalir begitu saja. Meskipun rasa itu timbul dari mendengar bisikan suara mesra membangkitkan libido birahi dan saling tukar kirim foto tak senonoh.
Meskipun umur sudah memasuki 63 tahun dan mempunyai dua istri, namun bujuk rayuan maut Mas Prapta mampu menguncang jiwa perkawinan suci Mama yang telah memliki suami. Cinta buta puberitas taraf lanjut meluluhlantakkan tahta suci perkawinan dua gaek yang hanyut kasmaran, yang berlandaskan syahadat dan Kitap Suci itu. Dari sinilah penghianatan kesucian cinta dan perzinahan kering itu bermula.
Hari itu group whatsApp Tadabur yang dibuat mantan alumni kampus lagi ramainya membahas soal keagamaan. Mulai dari soal etis hingga masalah non etis dalam keagamaan. Akibatnya hampir setiap detik handphone tak suyi dari suara memanggil.
Ternyata kali ini bukan panggilan group, namun seseorang dari anggota group menghubungi Mama Tina. Mas Prapta, seorang lelaki berumur lanjut yang mengaku baru berumur 63 Tahun ingin berkenalan lebih dekat.
“Assalamualaikum dik Tina? Apa kabar, aku Mas Prapta yang sering komen di group tadabur”, tegur Mas Prapta meminta perkenalan. Perkenalan disambut Tina dengan suka cita.
“Wa’alaikumsalam Mas Prapta, aku suka beberapa komen Mas di group, sangat menyentuh hati”, balas Tina.
Percakapan terus berlanjut hingga saling kontak suara. Dari jalur pribadi inilah percakapan dan curahan hati berlanjut. Sehingga rahasia keluarga masing-masing diceritakan. Berawal dari cerita agamis hingga melenceng ke aib keluarga masing-masing terkuak, meskipun perkenalan singkat ini hanya melalui gambar dan suara saja.
“Aku kalau dikeluarga dipanggil Abi. Kalau adik dipanggil apa?”, tanya Mas Prapta.
“Mau tau apa mau tau banget nih, he he he...... Kalu aku dipanggil Mama. Emang kenapa?”, tanya Tina.
“He he he.....Masa kita sudah banyak bercerita, tidak tahu panggilan masing-masing. Terus terang aku mau adik panggil aku Papa dan Aku panggil Mama. Papa merasa cocok dengan mama, dan sayang, cinta benar sama mama. Kayaknya kalau semenit aja nggak kontak atau suara mendengar suara mama, papa merasa nggak bisa tenang malah nggak bisa tidur mam”, rayu Mas Prapta.
Rayuan Mas Prapta gayung bersambut. Tina yang sudah kepincut, langsung menerima tawaran cinta yang diawali dari kesalutan Tina terhadap ceritera keilmuan agama yang di lontarkan Mas Prapta selama di group Thadabur whatsapp, termasuk beberapa ceritera kehidupan pribadinya. Lupalah mereka dengan larangan agama yang menyebutkan,“Janganlah Engkau Dekati Zina. Sesungguhnya Zina itu Perbuatan Keji”.
---------
Awal bulan November 2016, rasa cinta dan syahwat kedua insan berselingkuh ini kian tak terbendung lagi. Perselingkuhan yang notabene penghianatan cinta terus ‘menggila’. Bahkan sudah keluar dari jalur kewajaran yang katanya sebagai insan beragama .
Malam itu, saat suami Tina sedang tidak ada dirumah, Mas Prapta, usai yang sebelumnya sudah diberitahu tentang situasi rumah, dalam posisi aman, ditelepon Tina.
“Assalamau’alaiikum Papa chayang Mama ?” tegur Tina.
“Wa’alaikumsalam Mama, apakabar? Suami lagi pergi ya?” tanya Mas Prapta.
“Ia.......Pulangnya bisa sampe pagi......Nggak usah ngebahas itu ah! Mendingan cerita soal hubungan kita aja papa chayang. Papa gimana, sehatkan? Papa jangan terlalu capek, katanya kemarin kondisi papa lagi belum sehat banget. Mama kuatir loh, kalau nanti papa kenapa-napa”, kata Tina seperti layaknya bicara dengan suami sahnya.
“Terima kasih mama. Papa kuat kok, asal selalu bersama mama. Mam kirim dong fotonya mama?” pinta Mas Prapta membujuk.
Saling cerita mesra, keluh kesah hingga menyerepet ke soal yang membangkitkan syahwat pun terus terjadi. Ilustrasi imajiner terbetik syahwat, keduanya tampak kian memuncak tak terkendali. Bisikan syaitan pun terus mempengaruhi hati dan pikiran kedua insan, yang notabene sama-sama telah di ikat kesuciaan perkawinan.
----------
Tina yang usianya mendekati umur 45 Tahun ini tampak lupa daratan. Permintaan Mas Prapta untuk berbugil riapun disanggupi Tina. Tentunya ini memicu detak jantung mereka kian kencang. Saling tukar foto hingga video bugil diripun terus terjadi.
Sudah gelap mata, lupa diri. Tina juga sempat menceritakan latar balakang keluarga besarnya, hingga mengirimkan biografi kedua orang tuanya kepada Mas Prapta yang belum dikenalnya. Terbuai akan cinta buta, hingga akhirnya Tina berkeinginan menjadi isteri berikutnya Mas Prapta.
-------
Kata pepatah: Sepandai-pandainya tupai melompat, ada kalanya jatuh juga. Sepandai-pandainya menyimpan bangkai, akan tercium juga. Akhirnya perselingkuhan kedua mereka terkuak.
Entah mengapa suami Tina kala itu, pulang sesaat kerumah. Dilihatnya kondisi rumah bak kapal pecah. Piring bertumpuk, cucianpun belum dicuci hingga, ‘mengunung’. Dilihatnya tina lagi duduk mesem-mesem sembari memegang Hp.
Tina sempat ditegur Sang sami, namun suara Tina malah menjawab lebih keras dari suaminya bernada marah.
“Apaa? Nggak usah negur aku. Nggak usah ngatur-ngatur aku. Aku mau senang-senang. Kurang senang kita cerai”, bentak Tina.
Awalnya suaminya terpancing amarah. Untuk sempat menahan diri dan tampak mengelus dada sembari memohon ampun pada Tuhan. Bergegas mengambil jaket dan kunci motor, ia segera mau berangkat kerja. Namun baru beberapa langkah keluar rumah. Ayunan langkahnya berhenti, melihat anak-anak yang tak terurus. Saat adzan Magrib berkumandang, mereka masih berkeliaran diluar rumah.
“Sudah makan kamu nak?”
“Belum. Jajan juga belum dari pagi he he he...” kata anak-anaknya menjawab kompak.
Dada suami Tina serasa dihantam tombak tumpul, hingga menusuk ke lubuk hatinya yang paling terdalam. Tapi dirinya tak dapat berbuat banyak, karena disakunya hanya ada uang 100 rupiah. Itupun mungkin tak laku, karena ada sobekan dipinggirnya.
Tanpa banyak mikir, segera ia mendekati sepeda motornya, untuk mencarikan anaknya makanan, bagaimanapun caranya. Belum lagi kontak motor dinyalakan, Suami Tina teringat penanya tertinggal diatas meja tengah rumah.
Baru akan masuk rumah, terdengar cekikikan Tina dari dalam kamar. Penasaran, Sang suami mengendap-ngendap dekat jendela, dan tampak jelas Tina sedang WhasApp-an dengan sesorang lelaki dengan kalimat sayang-sayangan, dan cinta-cintaan.
Terasa kelam dunia ini. Berlari suaminya sembari menendang pintu kamar dan merebut Hp android milik Tina. Tinapun kaget dan pucat meskipun ia sempat mengunci Hp-nya.
“Kurang ajar kamu..........Begitu ya selama aku tidak ada dirumah?” berang Sang suami.
“Jangan salah paham, kamu itu baca sepegal kalimatnya aja”, kilah Tina membelah diri dan bersikeras tidak berselingkuh.
Pertengkaran hebat pun terjadi. Kalimat meminta diceraikan beberapa kali dilontarkan. Meskipun kitab suci dikepalanya, ia tak perduli. Tetap tak mengakui kalau dirinya berselingkuh.
Akhirnya bantahan Tina tertolak. Setelah didalam memory telepon terkuak, kalau dirinya dengan lelaki gaek itu, sempat betukar foto dan video berbugil ria. Deraian air mata Tina membasahi pipinya hingga lehernya.
Akhirnya Tina mengaku telah melakukan penghianatan cinta suci. Zina kering memang dilakukannya. Itupun diakuinya dilakukan diluar kesadaraaan dan nalarnya. Itupun atas bujukan lelaki gaek yang dikenalnya di WhatsApp itu, dengan gaya seorang berilmu agama yang fasih. Ujung-ujungnya mengajak berfantasi ria.
--------
Pihak keluargapun akhirnya diadakan tanpak kehadiran Tina, yang malu, bahkan sempat berupaya melakukan usaha bunuh diri. Untung saja dapat ditenangkan.
Berbekal Hp Tina, ditemukanlah nomer lelaki gaek yang mengaku tinggal di Jawa Barat, bernama Prapta. Lelaki gaek itu kaget dan sempat mengelak setelah tahu yang menelepon itu suami selingkuhannya.
“Anda ini gimana.....Masa sudah tua masih juga berkelakuan jorok begitu?” tegur Suami Tina tenang, sembari ceritakan soal video dan foto yang tersimpan.
Agak gugup lelaki gaek itu. “Ia pak....Saya juga khilaf. Tapi bukan saya yang mengajak lebih dulu, melainkan isteri bapak”.
“Ah.........kkk......”, telepon dimatikan Mas Prapta.
Tina yang kala itu berada di dekat suaminya naik pitam. Ia membantah kalau dirinya yang mengajak lebih dulu. Namun Hp-pun keburu di tutup oleh lelaki gaek itu.
Derai tangispun di penghujung bulan Desember itu banyak membawa perubahan jiwa. Termasuk sikap troumatik pasangan. Permintaan maafpun diterima suaminya, dan taubat nasuha-pun digelar. Namun malam itu Sang suami mencoba tenang dan flasback dua bulan belakangan ini. Ada keanehan dari kejadian yang di dera isterinya.
“Sihir.......Yaa sihir melalui telepon selular”, pikir suaminya.
Ternyata benar dugaan itu. Banyak yang terpedaya dengan modus semacam itu. Semuanya berawal dari keluguan dan kebodohan, yang akhirnya bercurhat soal yang harusnya tak perlu diceritakan.
Kini nasi sudah jadi bubur. Buburpun sudah mulai agak basi. Semuanya kini harus dimulai dari awal dengan berhati-hati, meskipun bekas ‘sakitnya tu disini’ akan terus membekas, menghujam kedalam hati sanubari.
Sebait doa mereka berdua, semoga apa yang terjadi tidak ada pengaruhnya pada keturunan mereka. “Ikan itu busuk dari kepala, bukan dari ekor”.
Penulis Pemerhati Sejarah dan Budaya Bengkulu
Cerpen Karya : Benny Hakim Benardie
Sponsored Links
Loading...
Loading...
loading...
Blogger Comment
Facebook Comment